KOTA TANGERANG,PenaMerdeka – M Fadhlin Akbar tokoh muda Banten menyebut perhelatan Piala Dunia adalah capaian prestasi sepak bola suatu Negara. Lantas menurutnya, efek Piala Dunia sejatinya akan berpengaruh positif dan negatif juga secara ekonomi di Negara yang menggelar.
Untuk ukuran prestasi, para kontestan Piala Dunia sama juga acap disebut sudah mengantongi parameter pembinaan sepak bola yang baik di Negara masing-masing.
“Efek Piala Dunia 2018 Rusia saja bisa ditonton jutaan masyarakat dunia dan menghadirkan Prancis yang juara. Tapi menjadi peserta ataupun ditunjuk menjadi tuan rumah tidak gampang seperti membalikan telapak tangan,” ujar pria yang kerap dipanggil Fadhlin kepada wartawan, Rabu (18/7/2018).
Artinya, menurut bakal calon DPD-RI dapil Banten ini dari kontestasi piala dunia yang setiap empat tahun dilangsungkan seharusnya menjadi percontohan bagi Negara yang belum mengembangkan sepak bola secara profesional, termasuk Indonesia.
“Peserta piala dunia rata-rata mempunyai liga yang bagus di negaranya,” tuturnya.
Kata dia, baik itu secara infrastruktur atau SDM, apalagi pengelolaan sepakbola profesional bisa dikemas menjadi industri yang menguntungkan. Masyarakat juga nantinya akan terkena imbas positifnya.
“Bakat saja tidak bisa. Sebab, pemain harus ditempa atmosfir kompetisi bagus supaya matang. Sekarang, masyarakat sedang dan masih kena efek piala dunia dan kita ambil momennya. PSSI bisa mengelola pemain muda yang berjenjang sampai klub liga Indonesia pun mendapat sponsor yang mandiri,” ungkap putra Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) menegaskan.
.
Klub atau Liga dahulu yang harus dikembangkan menuju industri sepak bola, sebab ucap Fadlin, penghasilan Negara dari pajak pemain liga domestik lumayan signifikan. Makanya andil Negara harus sengaja terlibat.
Mereka bisa membiayai kebutuhan termasuk untuk kepentingan kesehatan dan pendidikan gratis hingga kuliah yang salah satunya didapat dari industri sepak bola.
“Untuk sepak bola Indonesia Liga yang bagus yang harus dikejar. Insya Allah nanti kita akan menyaksikan Indonesia Raya berkumandang di gelaran Piala Dunia,” katanya.
Soal menjadi peserta, kita juga bisa menjadi tuan rumah, dan itu akan otomatis kita menjadi salah satu tim kontestan. Bisa menjadi tuan rumah dua Negara, mungkin dengan Malaysia, Thailand atau Negara Asean lainnya karena biayanya yang mahal. Harus banyak berbenah dan berpikir matang dua kali.
“Pengeluaran biaya yang masif tak jarang menimbulkan dampak negatif di bidang ekonomi dan sosial,” kata Fadhlin menegaskan.
Brasil saja misalnya, untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 memakan biaya sekitar 14 miliar dollar AS, setara sekitar Rp 165,2 triliun. Anggaran membuat stadion stadion saja hampir menyerap setengah total biaya penyelenggaraan.
Namun Brasil, tidak mendapat perubahan dari efek Piala Dunia. Secara ekonomi tidak terlihat dari investasi raksasa itu, seperti target pendapatan negara yang tidak tercapai hingga pengangguran dan tingkat kemiskinan yang tetap tinggi
“Maka itu, jangan ikut bermimpi dulu kalau di internal liganya saja belum profesional. Kalau sudah mengantongi prestasi bagus menjadi tuan rumah bukan tidak mungkin terlaksana. Efek piala dunia kalau kita tuan rumah memang banyak menguntungkan kalau kita berhitung tokcer,” ucap Fadlin.
“Asia pernah menjadi tuan rumah. Biayanya di dua Negara itu sekitar $5 miliar. Tapi Korea dan Jepang lumayan mumpuni secara prestasi. Seimbang jadinya antara kesiapan dan prestasinya. Gak malu-mauluin banget jadinya,” tegas Fadlin.
Memang ketika menjadi tuan rumah, Efek Piala Dunia sangat terasa di mata Internasional. Fecara ekonomi, keamanan dan lainnya. Penghasilan dari kunjungan supoter setiap Negara saja lumayan signifikan bisa memenuhi pajak visa, penempatan hotel atau penjualan atribut .
“Sistem secara investasi bisa meningkat. Karena Negara kita saat menggelar misalkan bisa disebut nyaman investasi karena penyelenggaraan piala dunia aman dari teror alias berlangsung sukses,” ucap Fadlin.
Secara prestasi, belum tentu Negara berjumlah penduduk banyak lantas bisa mudah mencari bibit unggul. Kroasia contohnya, mereka dengan penduduk hanya sekitar berpenduduk 4,2 juta jiwa tapi bisa ke melenggang ke Final.
“Indonesia saat ini memiliki penduduk 265 juta jiwa atau keempat terbesar di dunia. India dan Cina punya penduduk banyak tetapi belum berprestasi, semua harus pakai sistem,” katanya menjelaskan.
Bakal calon DPD-RI yang bertagline ‘SemangatMuda’ ini menandaskan, kontestasi efek Piala Dunia Rusia selama kurang lebih sebulan mudah-mudahan bermanfaat. Setidaknya animo Liga 1 Indonesia dan kompetisi lokal lainnya bertambah. (redaksi)