Semarak Ruatan Bumi dan Imbas Kemarau bagi Petani Desa Gempol Sari Tangerang

KABUPATEN TANGERANG,PenaMerdeka Bagi masyarakat dan petani Desa Gempol Sari, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang prosesi Ruatan Bumi sejatinya sudah ada sejak leluhur.

Setelah lama vakum, serentak masyarakat setempat kembali menghidupkan gelaran aura budaya kearifan lokal Ruatan Bumi, Sabtu (28/9/2019) pekan lalu.

Acara berlangsung meriah dengan rangkaian prosesi acara demi acara. Masyarakat dan unsur Muspika setempat nampak antusias setelah lama tidak merasakan kemeriahan Ruwatan Bumi.

Ngaruwat bumi adalah ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari bumi. Pengharapan setahun kedepan, serta penghormatan kepada leluhur.

Ruat dalam bahasa sunda artinya
mengumpulkan dan merawat. Dengan tradisi ruwatan bumi, tanaman padi memiliki tempat istimewa bagi petani.

Petani desa gempol sari
Arakan hasil tani masyarakat di Desa Gempol Sari, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang saat acara Ruwatan Bumi

“Ruatan bagus, sebagai terimakasih syukur atas barokah kepada Allah sang kuasa,” ungkap Sinun (56) warga asli Gempol Sari ditemui penamerdeka.com saat acara.

Dia mengaku panen tahun ini memang tidak maksimal. Pasalnya sejumlah persoalan menimpa rata-rata petani di daerahnya. Kemarau panjang sangat mempengaruhi kualitas dan hasil panen.

“Semoga panen tahun depan lebih melimpah, barokah,” tukasnya.

Tetapi mewakili petani setempat dia meminta dan perbaikan saluran air. Dia sudah berusaha swadaya bekerja membersihkan aliran. “Sungai tersendat sampah. Satu lagi mas, kepada pemerintah mohon bantuan alat (traktor, red) dan bibit unggul.

Soal Ruatan Bumi yang digelar dan sekarang dihidupkan kembali oleh masyarakat, tidak menyurutkan semangatnya untuk bercocok tanam sebagai petani yang sudah digelutinya selama 12 tahun.

Dia berharap pemuda jangan gengsi nenjadi petani. Minat menjadi petani harus ada supaya kita tidak tetap kaya pangan. Maka Ruatan Bumi bisa menyemangati pemuda menjadi petani yang handal. (sg)

Disarankan
Click To Comments