Guru Madrasah ‘Terdampar’ Gusuran Proyek Tol Bandara, di Pengungsian Tetap Eksis Ngajar
MENGABDI, MALAH DAPAT PERLAKUAN SINIS PEGAWAI PEMKOT TANGERANG
KOTA TANGERANG,PenaMerdeka – Aas Sudarmika adalah warga Kelurahan Jurumudi, Benda, Kota Tangerang. Aas meski rumahnya diratakan dengan tanah lantaran gusuran proyek tol Bandara Soekarno-Hatta JORR II, terlihat enggan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai guru.
Saat mengungsi di Gedung DPRD kota Tangerang, Aas tetap sibuk dengan gawainya. Bahkan nampak sesekali dirinya mencatat beberapa tulisan di secarik kertas, Rabu (2/9/2020) kemarin.
Sekilas, bersama putrinya yang sedang kuliah di salahsatu Universitas Negeri di Banten terlihat tengah menghitung jumlah lahan gusuran proyek tol yang disebutnya telah dirampas paksa pemerintah.
Namun setelah dilihat lebih dekat Aas yang merupakan guru di salahsatu Madrasah Negeri dibilangan jakarta Barat ini, ternyata sedang melakukan pembelajaran jarak jauh kepada murid – muridnya.
Seolah tidak terjadi apa – apa akibat proyek tol bandara, Aas yang mengaku mengajar di Kelas V itu nampak serius memberikan tugas.
Dari raut mukanya tidak bisa dibohongi begitu lelah pikiran dan fisik yang menimpanya saat ini.
Namun kegiatan pelayanan yang diberikan ditengah kepedihannya tersebut harus terhenti sebelum dia berhasil mengirim tugas kepada para siswanya lantaran gawai yang berhasil diselamatkan dari pengosongan lahan kehabisan daya.
Kepada tetangga – tetangganya yang saat itu turut mengungsi di Gedung DPRD, Aas mencoba meminjam perangkat pengisi daya, namun sayangnya tidak ada satupun kerabatnya yang membawa.
Seakan tidak ada kata menyerah untuk mengabdi dan melayani, guru puluhan tahun mengajar ini mencoba meminjam perangkat itu kepada salahsatu staff di gedung DPRD kota Tangerang.
Akan tetapi bukan perangkat pengisi daya yang didapat, salahseorang staff DPRD Kota Tangerang yang diketahui berinisial L. Pegawai Pemkot ini malah terkesan sinis agar membawa sendiri perangkat charger yang dibutuhkan.
“Saya mah bingung sama orang – orang punya handphone tapi ngga punya casan, orang mah bawa dari rumah biar ngga ngeribetin orang,”Ketus Lusi dengan nada sinis dan meledek.
Mendengar hal itu, Aas yang sebelumnya nampak semangat seketika berubah kecewa, kepada staff yang memperlakukan sinis dia mencoba menjelaskan.
Dalam situasi yang sedang dialaminya bukan cuma perangkat pengisi daya yang tidak terselamatkan, akan tetapi hampir sebagian besar barang miliknya saat ini tidak diketahui keberadaannya.
“Bukan cuma charger hp yang saya gak punya mbak, barang – barang yang lainnya juga ngga tahu ada dimana, rumah saya udah rata sama tanah mbak,” kata Aas dengan nada lirih.
Sembari mengusap air matanya, dirinya mencoba memberikan pengertian kepada staff yang usianya jauh lebih muda darinya.
Dengan sabar dia nampak memberikan wejangan agar kedepan lebih santun kepada orang yang lebih tua. Apalagi kebutuhan charger untuk keperluan mengajar.
“Coba mbak ada di posisi saya, baju aja saya belum salin dari kemarin, sebentar lagi juga pensiun jangan juga kami diperlakukan seperti ini,” tukas Aas. (hisyam)