JAKARTA,PenaMerdeka – Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Gerindra, Ferry Juliantono kemesraan yang ditunjukkan PDI Perjuangan dan Gerindra, kata dia, harus terus dikuatkan tapi dalam kemesraan itu juga harus waspada. Karena, ada dinamika Pilpres 2009 berkoalisi bersama, 2014 dan 2019 berseberangan dan sekarang bersamaan lagi.
“Bukan (karena perjanjian Batu Tulis), kemesraan itu harus disertai dengan kewaspadaan,” tegas Ferry dalam diskusi daring Polemik MNC Trijaya yang bertajuk ‘Membaca Arah Koalisi Pemerintah’, beberapa waktu lalu.
Selain itu, Ferry menyebutkan, pertemuan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra dan Sekjen PDI Perjuangan pekan lalu merupakan sinyal dari kemesraan kedua partai yang sempat berkoalisi di Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 lalu.
“Ini penting untuk kami sampaikan bahwa pertemuan Gerindra dengan PDIP waktu itu pertama memberikan signal kemesraan dua partai mengingat dinamika politik Gerindra-PDIP ini kan 2009 bareng, 2014 dan 2019 enggak bareng. Kemudian sekarang kita bareng lagi,” ujarnya.
Untuk itu, menurut Ferry, pertemuan ini memang sebuah pertemuan yang ingin memperlihatkan bahwa kedua partai ini, meskipun pernah bersama-sama dan juga berbeda, dalam banyak hal PDI Perjuangan-Gerindra juga memiliki kesamaan.
Sebab, dalam pertemuan dengan Presiden itu, selain membicarakan masalah penanganan covid-19, vaksinasi, permasalahan ekonomi dan sebagainya, sekilas juga dibicarakan tentang setelah pandemi berakhir.
“Ada kerja sama penguatan ideologi untuk mengurangi ekses atau bisa membuat stabilitas di dalam negeri mengingat politik juga mau tidak mau harus mengantisipasinya,” jelasnya.
Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Ferry melanjutkan juga menyinggung soal amendemen yang memang banyak dihadiri parpol koalisi yang duduk di Parlemen yang kala itu membicarakan soal undang-undang (UU), haluan negara, dan juga amendemen. “Seperti yang dibicarakan Mas Fadjroel tadi itu adalah kewenangan MPR,” jelasnya. (jirur)