Menko Airlangga Pede Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh Positif

USAI G20 SUKSES

KOTA TANGERANG,PenaMerdeka – Presidensi G20 Indonesia sukses diselenggarakan dengan baik ditengah berbagai krisis dan tantangan yang tengah menerpa dunia. Kesuksesan tersebut pun mendapatkan apresiasi dari banyak negara. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, kesuksesan G20 itu berdampak bagus pada Indonesia. Karenanya, dia optimis, perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh positif ke depannya.

“Mereka, negara-negara besar, sudah melihat bahwa ekonomi terbesar di dunia ini yang masih positif atau istilah dari Kristalina itu adalah the bright spot in dark adalah Indonesia dan ASEAN,” ucapnya dikutip dari keterangan resmi Kemenko Perekonomian, Jumat (25/11/2022).

“Dengan demikian, alternatif investasinya, melihat Indonesia stabil secara politik dan ini stabil untuk regulasi, rule of law dari investment. Jadi ini kesempatan bagi Indonesia berada di dalam panggung dunia,” tambahnya.

Sekadar diketahui Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dan menjadi salah satu poros negara berkembang dalam forum G20. Indonesia juga sukses menjadi penengah dan menghasilkan deklarasi yang dapat diadopsi semua negara anggota dalam KTT G20 Indonesia.

Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia juga memberikan dampak positif bagi Indonesia di berbagai sektor.

Dari segi perekonomian, laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang terus bertumbuh (5,72% yoy) melampaui ekonomi negara maju seperti Tiongkok (3,9% yoy) dan Amerika Serikat (1,8% yoy). Pun begitu terjadi peningkatan PDRB pada sejumlah kota tempat penyelenggaraan event G20.

Dari sisi hubungan internasional, Indonesia semakin menguatkan tingkat kepercayaan dunia atas kemampuan Indonesia menjadi aktor penting dalam kancah internasional. Meningkatnya posisi Indonesia ini dapat mendorong kemajuan-kemajuan dalam berbagai sektor perekonomian Indonesia.

Selain itu, dalam KTT G20, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat dalam skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). Dalam skema PGII, mobilisasi pendanaan dari Amerika Serikat selama lima tahun ke depan untuk pembangunan infrastruktur di negara berkembang mencapai besaran US$600 miliar.

Indonesia juga telah memperoleh komitmen dari Just Energy Transition Progam (JETP). Dimana negara-negara G7 menyediakan dana US$20 miliar atau sekitar Rp311 triliun selama 3 sampai 5 tahun ke depan untuk membiayai proyek-proyek yang mendukung penurunan emisi.

Airlangga juga menyebutkan bahwa gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung sangat mempengaruhi kenaikan harga energi dan pangan karena terjadi disrupsi supply serta kerugian finansial.

Beberapa negara mengalami kerugian finansial bukan hanya akibat perang Rusia dan Ukraina, tetapi juga karena pandemi Covid-19. Dalam menghadapi dampak perang tersebut, Indonesia memiliki daya tahan yang cukup baik.

“Jadi kalau khusus untuk Indonesia, kita sudah ada daya tahan. Satu, pangan. Kita produksinya relatif baik yaitu 31 juta ton beras setiap tahun. Kemudian kedua, terkait dengan fertilizer, kita untuk urea juga bisa ekspor 2 juta ton, jadi relatif untuk pupuk pun aman,” tukasnya. (uki)

Disarankan
Click To Comments