Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencurigai bahwa dari hasil uji petik yang dilakukannya banyak kegiatan takaran di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Marketing Operation Region III termasuk wilayah Jawa bagian Barat ditenggarai ada indikasi pelayanan yang tidak maksimal.
Disebutkan ada 48 stasiun SPBU di wilayah Marketing Operation Region III tersebut ditemukan kelemahan dalam pelayanan takaran. Namun demikian mereka juga merilis bahwa kondisi ini juga tidak didukung dari fasilitas pendukung yang harus disiapkan oleh SPBU.
Pada kesempatan tersebut dalam melakukan pemeriksaan takaran, YLKI bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Metrologi Provinsi Jakarta, Bogor, Kabupaten dan Kota Tangerang serta Kota Bekasi (Jabotabek).
Sesuai hasil pengujian yang mengacu pada batas toleransi standard Metrologi Legal (= ±100ml/20lt) ditemukan 2 dari 229 nozzle di 48 SPBU yang melebihi standar batas toleransi.
“Intinya, kami akan segera melakukan uji tera untuk mencapai pelayanan terbaik sesuai dengan standar yang telah ditentukan,” kata Yudi Nugraha, Area Manager Communication & Relations Pertamina Jawa Bagian Barat, Senin (21/11).
Dan saat menggunakan standar PT Pertamina (Persero) (= ±60ml/20lt), maka terdapat 20 dari 229 nozzle di 48 SPBU yang hasil ujinya melebihi standar batas toleransi.
Ia mengatakan berdasarkan hasil uji petik itu, dapat digarisbawahi bahwa hasil yang diumumkan masih dalam batas toleransi sesuai dengan Keputusan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.37/PDN/KEP/3/2010 dan Ketetapan Standard Batas toleransi Internal Pertamina.
“Untuk kategori penilaian lainnya, hasil uji petik menunjukkan bahwa sudah memenuhi harapan konsumen.Pertamina sangat mengapresiasi atas apa yang sudah dilakukan oleh YLKI,” ujarnya.
Selain uji takaran, YLKI juga mengumumkan adanya fasilitas pendukung di SPBU yang masih belum memenuhi harapan konsumen, seperti toilet dan tempat ibadah. (yuyu/dbs)