Mengenang 20 Tahun Melawan Lupa Kerusuhan Mei 98 di Kota Tangerang
KOTA TANGERANG, PenaMerdeka – 20 Tahun silam tepatnya Mei 1998 ada peristiwa kelam yang tercatat di wilayah Jakarta termasuk di Kota Tangerang. Banyak orang menyebut kerusuhan 98. Tak lama berselang dalam waktu hampir bersamaan mundurnya Soeharto dari kursi Presiden setelah beberapa periode berkuasa.
Diketahui, Wilayah Tangerang memang berbatasan dengan Ibu Kota dan daerah yang mengalami secara langsung peristiwa tersebut. Sekarang, Mei 2018, semenjak kejadian itu telah beranjak 20 tahun.
Saat itu, di sepanjang Jalan Ciledug Raya (KH Hasyim Ashari) tidak sedikit kendaraan roda dua dan empat yang berserakan hangus menjadi bangkai besi. Bahkan lokasi mall Ramayana Ciledug (sekarang Borobudur Ciledug Plaza, red) akibat kerusuhan 98 banyak menelan korban jiwa akibat terbakar.
Mereka rata-rata terjebak asap dan api ketika konon sedang menjarah barang-barang yang terisi dalam mall.
“Pagi itu saya mau pulang habis dinas malam bekerja di RS Usada Insani. Saat saya kerja pun malam itu rumah sakit sudah kebanjiran pasien korban kerusuhan. Pasien terus berdatangan tiap waktu,” kata Irmayanti (44) mengenang peristiwa kepada penamerdeka.com, Senin (21/5/2018).
Ia melanjutkan, saat dalam perjalanan pun ia mengaku kesulitan mendapatkan angkutan umum. Jalan-jalan banyak tertutup penjagaan keamanan dan bangkai kendaraan.
“Saya terpaksa naik ojek karena susah dapat angkot trayek Cikokol Tangerang-Ciledug,” ungkap wanita yang tinggal di bilangan Ciledug, Kota Tangerang.
Menurut data dari Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK) dan diperkuat hasil penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) diberitakan ada kelompok yang menyulut peristiwa kerusuhan Mei 98 tersebut.
Tetapi kendati belum terungkap, menurut TGPF sangat sulit diidentifikasi namun pergerakannya mengantongi banyak kesamaan, yaitu mereka berpakaian seragam sekolah, berbadan tegap, rambut cepak, mempersiapkan berbagai perlengkapan kerusuhan seperti batu, cairan pembakar serta bergerak koordinatif.
Pada kerusuhan tepatnya pada 13 hingga 15 Mei 1998 itu, di wilayah Jakarta dan sekitarnya termasuk di Tangerang, Tim TRK mencatat adanya korban tewas saat kerusuhan Mei 98 yang terbakar sebanyak 1.190 orang.
Dan 27 orang dilaporkan akibat senjata dan lainnya serta 91 orang mengalami luka-luka. Angka di atas belum termasuk korban kekerasan seksual di beberapa kota. Ini belum terhitung kerugian materiil pengusaha ritel dan toko yang barangnya ludes digondol penjarah.
Memasuki Mei pertengahan saat itu Indonesia pada umumnya mengalami pemandangan yang sangat memilukan, dan tragisnya peristiwa kerusuhan Mei 98 bukan hanya di satu mall tempat perniagaan.
Kota Tangerang menjadi salah satu daerah yang terparah menjadi sasaran aksi rusuh, diantaranya kawasan Lippo Supermall Karawaci, Mall Diamond di Jalan MH Thamrin, pasar-pasar di pusat kota, Perniagaan Cimone, bahkan di kawasan utara dan selatan Tangerang.
Tulisan ‘Milik Pribumi dan Pro Reformasi’ banyak nampak di tembok toko-toko di kawasan perniagaan. Tulisan itu menandakan jika toko tersebut bukan milik etnis Tionghoa, dan harapannya toko itu tak diserbu pelaku kerusuhan.
Profesi Centeng dadakan juga banyak muncul menjaga took-toko non pribumi. Karena situasi mencekam bukan saja potensinya akan kehilangan barang jualannya tetapi juga mengancam jiwa.
“Saya diberi kepercayaan untuk mengamankan toko. Kebetulan juga memang orang yang mempercayai tetangga,” ucap Rohidin, warga Karawaci, Kota Tangerang.
Tetapi lama kelamaan kondisi mencekam dan kerusuhan Mei 98 berangsur pulih. Masyarakat yang menjarah saat itu memang banyak yang membawa pulang barang elektronik dan sembako. Ke depan tandas Rohidin peristiwa 20 tahun silam itu tidak terjadi lagi (redaksi)