JAKARTA,PenaMerdeka – Siti Hardijanti Rukmana, putri Presiden Soeharto yang lebih popular panggilan Mbak Tutut, mengajak keluarga besar transmigran untuk mengembangkan peran dan potensi masing-masing guna memajukan bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Tutut menyatakan hal itu saat membuka Musyawarah Nasional IV Persatuan Anak Transmigran RI (PATRI) yang berlangsung di Hotel Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, yang berkangsung 12 hingga 14 Maret 2019.
Menurut data Voice of America, program transmigrasi yang terjadi selama era Presiden Soeharto sudah mengubah wajah Indonesia. Sampai 1984, sekitar 2,5 juta penduduk menjadi transmigran dan terus bertambah hingga Orde Baru akhir.
Data sensus 2010 menunjukan 15,5 juta transmigran di Sumatera. Sebanyak 4,5 juta lainnya tersebar di Kalimantan dan Papua. Dampaknya, transmigran berhasil mengembangkan 3,500 desa dengan berbagai infrastruktur. Serta 30 desa itu mengalami perkembangan pesat menjadi kabupaten/kota.
“Transmigrasi meningkatkan harapan, karena membuat transmigran memiliki tanah yang cukup untuk diolah guna menghidupi keluarga dan mencapai kesejahteraan,” terang Mbak Tutut, Rabu (13/3/2019).
Selain itu, menurut Mbak Tutut, program transmigrasi tidak hanya memperluas kemajuan, melainkan juga merekat persatuan dan kesatuan bangsa.
Program transmigrasi yang digagas Presiden Soeharto tak hanya meningkatkan taraf hidup. Namun, menggencarkan pembangunan luar Pulau Jawa, menyeimbangkan sebaran penduduk, pemerataan pembangunan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dan memperkuat ketahanan nasional terutama transmigran perbatasan.
Selama itu, Presiden Soeharto senantiasa memberikan perhatian serius terhadap kehidupan transmigran dengan membangun sarana pendidikan di desa-desa transmigran dan akses bagi anak-anak transmigran untuk menempuh pendidikan tinggi.
Hal ini terlihat dari banyaknya anak-anak transmigran gelombang pertama yang menyelesaikan pendidikan tinggi di kota besar, dan berkarier di berbagai bidang profesi.
Pada tahun 2004 lalu, anak-anak transmigran membentuk PATRI sebagai wadah pemikiran, pandangan, pembinaan, dan pengembangan sumber daya manusia dan mitra pemerintah dalam pembangunan bidang ketransmigrasian.
Meneruskan kerja besar sang ayah, Mbak Tutut juga bakal terus membina PATRI dan memberikan pemikiran tentang apa yang harus dilakukan desa-desa transmigran menghadapi persoalan saat ini.
“Ada banyak tantangan, yaitu kesenjangan kaya-miskin, kesenjangan antar-wilayah, masalah kedaulatan pangan, masalah pemenuhan energi ramah lingkungan dan masalah air layak konsumsi, yang transmigran bisa bersama berperan menghadapinya,” jelasnya Mbak Tutut.
Salah satu yang paling memungkinkan adalah dengan bersama-sama membangun desa mandiri pangan dan energi, setidaknya di wilayah-wilayah transmigran.
Desa mandiri pangan dan energi bakal mengurangi ketergantungan energi fosil secara nasional, memacu perkembangan daerah transmigran dan mengurangi kesenjangan Jawa dan luar Jawa.
Desa transmigran yang mandiri juga tambah Mbak Tutut, bakal membuat masyarakat memiliki kedaulatan pangan dan energi, dan mengurangi kesenjangan kaya-miskin.
“Jika semua ini terwujud, kemakmuran akan hadir di tanah-tanah transmigran. Saya akan mendampingi para transmigran memajukan bangsa ini.” pungkas Mbak Tutut. (redaksi)