JAKARTA,PenaMerdeka – Sebentar lagi, bakal memasuki alibur natal dan tahun baru. Momen ini lah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat untuk berlibur dan menghabiskan waktu bersama-sama.
Tujuannya pun bervariasi, dari liburan di dalam negeri hingga luar negeri. Perusahaan transportasi, mulai dari pesawat hingga kereta api, tentu tak mau ketinggalan momentum. Biasanya mereka menyediakan paket-paket promo untuk menggaet banyak konsumen.
Bukan cuma itu, sejumlah perusahaan ritel juga biasanya menawarkan diskon besar-besaran, mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, hingga aksesoris.
Di saat seperti ini, godaan untuk berbelanja dan bepergian tentu besar sekali. Jika tak kuat menahan diri, saldo di rekening akan ludes dalam sekejap. Padahal, ekonomi saat ini masih dilanda ketidakpastian akibat covid-19 atau virus corona.
Banyak perusahaan tertekan dan melakukan efisiensi dengan memotong gaji karyawan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya lebih hati-hati dalam menata keuangannya di masa pandemi seperti ini.
Lantas, bagaimana tip dan trik agar keuangan tetap terjaga jelang liburan akhir tahun di era pandemi?
1. Lihat Kemampuan Finansial
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho mengatakan masyarakat harus mengecek detail kemampuan finansial selama beberapa bulan ke depan.
“Kalau keuangan aman, gaji aman, tidak ada potongan gaji, berarti tidak apa-apa. Mereka bisa liburan seperti tahun-tahun sebelumnya,” ucap Andy melansir dari CNNIndonesia.com.
Sebaliknya, jika kondisi keuangan pas-pasan dan ada pemotongan gaji dari perusahaan, sebaiknya masyarakat menahan diri dari promo perjalanan dan diskon. Pasalnya, masyarakat berisiko kehabisan uang kalau memaksakan menikmati liburan akhir tahun atau berbelanja di luar kebutuhan.
“Jadi lihat kondisi masing-masing, jangan memaksakan. Jangan menyamakan kondisi satu orang dengan orang lainnya. Kalau tidak ada kendala keuangan ya bebas-bebas saja, kalau keuangan tidak baik-baik saja ya jangan. Keuangan jangan sampai boncos, tidak ada uang pada Januari 2021 nanti,” jelas Andy.
2. Liburan Hemat
Jika pas-pasan, masyarakat bisa mengakalinya dengan liburan yang murah meriah. Ia mencontohkan, masyarakat bisa memilih destinasi di dalam kota.
“Liburan di dalam kota saja atau jalan-jalan di pusat perbelanjaan,” kata Andy.
Selain itu, masyarakat bisa mencari tempat wisata di dalam kota atau dekat rumah yang tidak memerlukan biaya mahal. Salah satunya taman-taman yang mematok tarif murah.
“Taman-taman gratis juga banyak,” imbuh Andy.
3. Bedakan Kebutuhan dan Kemauan
Andy mengingatkan masyarakat yang ingin menikmati pesta diskon dari berbagai gerai ritel harus bisa membedakan antara kebutuhan dan kemauan. Sebaiknya, masyarakat tetap berhemat di masa krisis pandemi seperti ini.
“Prinsipnya tidak apa-apa belanja, tapi harus ada urgensi atau sesuai dengan kebutuhan. Jadi, kebutuhan yang memang penting untuk dipenuhi,” ujar Andy.
Ia mencontohkan masyarakat bisa memanfaatkan diskon untuk membeli kebutuhan pokok yang lebih murah. Dengan begitu, uang belanja bulanan rumah tangga bisa ditekan.
“Misalnya susu anak, makanan yang biasa dikonsumsi keluarga, untuk kebutuhan sehari-hari, itu tidak apa-apa,” jelas Andy.
Masyarakat juga harus jeli. Sebelum datang ke gerai ritel, masyarakat sebaiknya mengecek terlebih dahulu harga normal dari barang-barang yang akan dibeli agar tak tertipu diskon.
“Jangan sampai ditulis diskon (di tempat gerai ritel), tapi sebenarnya harga tidak berubah dengan harga pasaran seperti biasanya,” ujar Andy.
4. Batasi Anggaran
Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan masyarakat bisa membatasi anggarannya untuk berlibur atau berbelanja. Dengan demikian, masyarakat bisa mengalokasikan dana khusus.
“Batasi anggaran belanja agar tidak tergiur diskon terlalu banyak,” kata Eko.
Menurutnya, masyarakat harus tahu kemampuan keuangannya sendiri. Jika merasa keuangannya sedang berisiko, maka mau tidak mau anggaran untuk belanja dan liburannya ditekan atau ditahan terlebih dahulu.
“Kalau memang berisiko, bisa ditahan. Itu kalau merasa keuangan tidak aman,” ucap Eko.
Namun, jika masyarakat sudah memiliki tabungan pensiun, gaji tidak dipotong, perusahan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, maka tak menjadi masalah kalau masyarakat ingin menikmati pesta diskon dengan berbelanja banyak atau liburan.
5. Tabung dan Investasi
Di luar liburan dan berbelanja barang diskon, Eko menyarankan masyarakat untuk menambah saldo tabungannya. Masyarakat bisa menggunakan sisa uangnya setelah berlibur dan berburu diskon untuk menambah dana darurat di rekening.
“Kalau sudah berlibur dan belanja ada dana sisa, tambah dana cadangan atau dana darurat,” tutur Eko.
Idealnya, masyarakat memiliki dana darurat sebesar enam kali dari pengeluaran. Untuk mengumpulkannya memang tak mudah, maka bisa dilakukan dengan mencicilnya.
“Konsentrasi di likuiditas, sehingga masa depan tidak terganggu,” ujar Eko.
Di sisi lain, Andy menyatakan masyarakat juga bisa menginvestasikan sisa dana setelah berburu diskon dan liburan. Namun, dengan syarat jumlah dana darurat sudah cukup.
“Kalau ada sisa dana ditabung, tapi kalau dana darurat sudah cukup bisa diinvestasikan,” tutur Andy.
Masyarakat bisa memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuannya masing-masing. Beberapa instrumen yang bisa dipilih, seperti emas, saham, dan reksa dana.
“Tapi yang pasti investasi bisa dilakukan ketika dana yang diinvestasikan tidak dibutuhkan dalam jangka pendek, kalau butuh dana jangka pendek lebih baik ditabung saja,” jelasnya. (Uki)