Miris! Satu Tahun Warga Terdampak Longsor di Lebak Masih Tinggal di Huntara
JARANG DILIRIK PEMERINTAH
LEBAK,PenaMerdeka – Sungguh miris dan menyisakan duka mendalam bagi warga Desa Banjarsari, Kampung Cigobang, Kecamatan Lebak Gedong, Lebak, Banten. Sebab dari tragedi longsor yang menerjang pada awal tahun 2020 lalu, mereka masih bertahan di Hunian Sementara (Huntara) dan mengandalkan bantuan donasi untuk bertahan hidup.
Untuk sementara, bagi mereka tidak ada pilihan lain lantaran tragedi ini telah melumpuhkan berbagai sektor perekonomian hingga sosial. Banyak masyarakat yang juga kehilangan mata pencaharian. Tidak hanya itu, rumah, harta benda hingga sanak saudara banyak yang diterjang.
Dari data yang didapat penamerdeka.com, tercatat ada 12 desa dari empat Kecamatan di Kabupaten Lebak selain Lebak Gedong yang terdampak longsor. Yakni Kecamatan tersebut yakni Cipanas, Sajira, dan Curugbitung.
Koordinator warga, Riman Wahyudi, mengatakan mereka terkatung-katung lantaran penanganan dari pemerintah setempat minim. Sehingga, hal ini harus membuat mereka mandiri ditengah keterbatasan.
“Pelan-pelan kita bertahan, gotong-royong. Kita buat pertanian untuk ketahanan pangan, itu (ketahanan pangan) tanpa bantuan pemerintah. Tidak mungkin kita mengandalkan donasi terus,” ujarnya, Minggu (3/1/2021).
Bahkan saking minimnya penanganan, lanjut Riman yang juga relawan asal Jakarta, pasokan listrik saja mereka tidak dapatkan dari pemerintah Kabupaten Lebak. Listrik yang mereka gunakan saat ini tidak gratis.
“Pengungsi di Cileuksa saja gratis listriknya. Kalau kita enggak. Kita harus bayar. Bayangkan saja,” katanya.
Riman yang sudah satu tahun menjadi relawan bagi warga terdampak longsor di Lebak ini pun harus mengeluarkan koceknya sendiri untuk membantu warga. “Kalau dihitung-hitung mungkin saya sudah bisa beli 2 Pajero (Merk mobil),” tuturnya.
Saat ini, para warga Desa Banjarsari, kata Riman mendirikan huntara di wilayah Kecamatan Cileuksa, Kabupaten Bogor. Sebab, hal ini terjadi lantaran para warga tidak mendapat lahan untuk mengungsi di wilayahnya sendiri di Kabupaten Lebak.
“Belum lama ini kita ketemu sama DPRD Banten membicarakan hal ini (lahan). Katanya mereka mau diberikan lahan untuk ngungsi di wilayah Lebak. Itu janjinya,” katanya.
Sulit memang untuk menjangkau lokasi pengungsian. Apalagi bila terjadi hujan, akses jalan yang masih tanah merah menjadi sangat licin. Sehingga harus kendaraan khusus yang dapat mengaksesnya.
“Kian hari relawan semakin sedikit tidak seperti baru bencana. Jadi kita harus mandiri,’ kata Riman.
Kehadiran relawan kata Riman memang sangat mempengaruhi psikologi warga. Artinya, meski bencana telah setahun berlalu artinya masih ada yang peduli dengan mereka.
Adanya hal tersebut, membuat relawan Gabugan dari sejumlah komunitas terpanggil. Seperti Tangerang Kita Peduli (TKP), Luntang Lantung Petualang Gokil (LLPG) Adventure, Garut Trail Advanture (GTA), dan Rawa Cipondoh Advanture (RCA).
Kedatangan mereka bukan lain adalah untuk menyalurkan donasi yang telah dikumpulkan dari beberapa donatur.
“Donasi ini berupa sembako yang kita kumpulkan dari para donatur,” ujar Koordinator Relawan, Muhammad Iqbal, Minggu (3/1/2021).
Menurut dia, keadaan yang terjadi di Kabupaten Lebak ini menghawatirkan. Lantaran, minimnya perhatian dari pemerintah setempat.
“Seharusnya manusia bisa memanusiakan manusia. Saya berharap kawan-kawan yang lain bisa ikut donasi bantu mereka. Kalau nunggu pemerintah mau sampai kapan?,” tegasnya. (hisyam)