JAKARTA,PenaMerdeka – Harga Bitcoin kembali memecahkan rekor baru lagi, kini berhasil tembus US$33 ribu per koin atau setara Rp468,6 juta (kurs Rp14.200 per dolar AS) pada Sabtu (2/1/2021).
Dengan kenaikan itu, harga Bitcoin telah naik tiga kali lipat sepanjang 2020 atau tumbuh stabil bahkan ketika pasar saham jatuh akibat pandemi corona belakangan ini.
Itu dipicu kenaikan minat investor atas Bitcoin dan cryptocurrency sebagai akibat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan dolar AS sejalan dengan keputusan bank sentral AS menahan suku bunga mendekati nol yang diperkirakan dilakukan hingga beberapa tahun mendatang. Ketika dolar AS melemah, instrumen investasi bergerak naik, tak terkecuali bitcoin.
Kepala perusahaan pengelola investasi BlackRock, Rick Rieder mengatakan mata uang kripto akan menggantikan investasi emas.
Begitu juga dengan petinggi perusahaan Square dan raksasa pembayaran daring PayPal yang juga merangkul bitcoin.
Kenaikan ini memang bukan lonjakan harga pertama bitcoin. Sebelumnya, pada 2017 silam bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di level harga US$20 ribu per keping.
Namun harga anjlok ke level US$3.000 pada awal 2019 karena China melanjutkan tindakan kerasnya terhadap bisnis cryptocurrency.
Kemudian, harga berbalik menguat (rebound) lagi ke level US$8.000 pada Mei 2019. Lalu melambung melewati US$20 ribu pada Desember 2020 dan meningkat pesat dalam sebulan terakhir.
“Ketika harga aset naik secepat ini untuk jangka waktu tertentu, saya menjadi berhati-hati dan saya akan mendorong siapa pun yang memperdagangkan bitcoin untuk tidak terjebak dalam euforia,” kata Kepala Perdagangan di Perusahaan cryptocurrency NEM, Nicholas Pelecanos melansir dari CNN Bussines, Minggu (3/1/2021).
Ia memperkirakan kenaikan akan berlanjut. Bahkan, ia memperkirakan harga bitcoin dapat naik sampai ke US$50 ribu hingga hari Valentine atau 14 Februari mendatang.
“Saya yakin kita baru saja memulai dari apa yang akan menjadi pasar bullish yang sangat besar,” imbuhnya.
Meskipun bitcoin kian lumrah diperdagangkan, mata uang tersebut masih umum digunakan sebagai alat penipuan oleh oknum, ini memberikan sentimen negatif terhadap uang kripto.
Pada Juli lalu misalnya, peretas mengambil alih akun Twitter milik Elon Musk, Bill Gates, dan Barack Obama untuk menipu orang-orang melalui bitcoin.
Karena sifat mata uang yang terdesentralisasi dan hampir anonim, kemungkinan untuk mendapatkan uang kembali setelah mengalami penipuan akan sulit.
Absennya otoritas pusat seperti bank yang ikut campur tangan dalam sistem perbankan, membuat cryptocurrency sebagai alat favorit para penipu (scammers). (uki)