Jeritan Masyarakat ke Jokowi Adu Nasib Ditengah PPKM Jawa-Bali

JAKARTA,PenaMerdeka – Hampir genap satu bulan pembatasan kegiatan masyarakat berjalan. Dimulai Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali yang diterapkan 3-20 Juli 2021, dilanjutkan PPKM Level 3 dan 4 yang masih diberlakukan hingga hari ini.

Meski pembatasan telah dilakukan di sana-sini, laju penularan virus corona di Indonesia nyatanya masih sangat tinggi.

Di sisi lain, rakyat kecil yang ingin supaya pembatasan disudahi. Alasannya sederhana, sangat sulit bagi mereka memperoleh pendapatan Warga bahkan menyampaikan keluh kesah ihwal pembatasan ke presiden.

OMSET PEDAGANG MENURUN DRASTIS

Alasan rakyat kecil yang menjalankan usaha berjualan menjerit lantaran omset mereka menurun sangat deras. Mulai dari sepinya pembeli, rugi sudah memasok bahan jualan, hingga tidak ada modal berjualan kembali karena sulit berjualan saat PPKM.

“Intinya kita tidak mengharapkan bantuan tidak apa-apa yang penting PPKM itu diselesaikan dan penyekatannya dibuka. Tolong dikasih kelonggaran, biar kami para pedagang itu bisa ada harapan paling tidak,” ujar salah satu penjual Nasi Goreng di kawasan Tangerang, kepada penamerdeka.com, Minggu (1/8/2021).

Pedagang kaki lima lainnya yang menjerit adalah penjual kue kering. Nahas hanya meratapi nasib disamping gerobak dagangannya yang setiap hari memandang kue yang masih penuh.

“Banyak yang mengeluh karena jam delapan malam (saat PPKM darurat) harus tutup. Otomatis pembeli sangat sepi,” kata Julaiha, salah satu pedagang kue kering di kawasan Kabupaten Bekasi saat dijumpai, Minggu (1/8/2021) petang.

Julaiha mengaku sebelum pemberlakuan PPKM darurat dan level empat, sehari ia bisa menjual sekitar 250 buah kue-kue. Namun, sekarang tidak sampai seratus buah dagangannya pun terjual.

Bahkan banyak juga pedagang kaki lima yang memilih tidak berjualan selama PPKM. Mereka berdalih hanya akan merugi jika terus berjualan.

Julaiha menceritakan, banyak pedagang kaki lima temannya yang harus berutang untuk modal jualan. Praktis, apabila terus berjualan saat kondisi sepi, beban utang hanya terus bertambah dan meroket.

JERITAN PELAKU USAHA

Tidak hanya dialami oleh para pedagang, pada sektor pelaku usaha dekorasi pernikahan pun babak belur dihantam badai pandemi sekarang ini. Bagaimana tidak, diungkapkan salah satu pemilik usaha dekorasi pernikahan, Bule hanya bisa menggigit jari saja.

Bule mengatakan, selama Pemerintah melarang resepsi pernikahan digelar selama masa PPKM Darurat Jawa Bali itu ia tidak sama sekali mendapatkan pekerjaan. Sebab, banyak warga yang tidak menggelar resepsi.

“Yah bang, sekarang mah boro-boro kan resepsi sudah tidak dibolehin kan selama PPKM Darurat. Kalau jumlah orang yang menikah si banyak paling mereka kan hanya menggelar akadnya saja,” katanya, pelaku usaha di kawasan Depok.

PENGELOLA KAFE

PPKM Darurat yang berjalan sudah berjalan hampir satu bulan, membuat pengelola ‘Caffe Gue’ di Kota Cilegon, Banten, merugi puluhan juta. Mereka harus membuang bahan baku masakan yang sudah membusuk, karena tidak digunakan untuk memasak.

Tempat yang biasa menjadi ‘tongkrongan’ anak muda itu hanya terlihat berdebu, dan sampah berserakan di terasnya. Nampak berbeda, didalam pun hanya ada manajer dan dua orang pegawainya yang sedang duduk santai.

Rizki Irawan, manajer ‘Caffe Gue’ mengaku sosialisasi PPKM Darurat terlalu mendadak, sehingga dia tak ada persiapan.

Seingat dia, ada 50 kilogram daging untuk steak busuk dan 30 dus susu murni yang tak bisa dipakai, sehingga harus dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.

“Kita tutup, pemasukan enggak ada. Kebetulan sosialisasinya juga enggak dari jauh-jauh hari, kita udah keburu belanja bahan baku daging, sayur, susu murni, terus buah-buahan, ya basi semua, dibuang. Ada sebagian susu saya kasihin ke orang yang ngebutuhin, pemulung, tukang becak saya kasih,” katanya saat ditemui Senin, (2/8/2021).

Nahas baginya, peraturan itu berlanjut hingga 2 Agustus 2021 atau satu bulan penuh Rizki tidak bisa mencari nafkah.

Lamanya pemberlakuan PPKM Darurat, dia pun mengikat plastik putih ke gagang sapu. Sebagai simbol menyerahnya pelaku usaha kafe yang tidak beroperasi dan mendapat pemasukan, selama PPKM Darurat diberlakukan.

“Yang namanya PPKM Darurat itu kan semi lockdown. Itu masih semi aja saya masuk ke kampung, saya masuk ke daerah, semuanya menjerit minta untuk dibuka,” kata Jokowi dalam acara pemberian banpres produktif usaha mikro di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/7/2021).

Padahal, kata Jokowi, pemerintah memilih menerapkan PPKM Darurat agar ekonomi tetap dapat berjalan. Opsi lockdown tidak dipilih karena berarti menutup total semua sektor.

“Kalau lockdown kita bisa bayangkan, dan itu belum juga bisa menjamin dengan lockdown itu permasalahan menjadi selesai,” ujar presiden.

PPKM Level 3 dan 4 di Jawa-Bali sejatinya merupakan perpanjangan dari PPKM Darurat yang diterapkan 3-20 Juli 2021.

Mulanya, pemerintah memperpanjang PPKM selama 5 hari, yakni 21-25 Juli. Kebijakan tersebut kembali diperpanjang selama 8 hari, 26 Juli-2 Agustus 2021.

Selama PPKM Darurat, dilakukan pembatasan pada berbagai sektor kegiatan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, usaha, wisata, transportasi, seni budaya, sosial kemasyarakatan, dan lainnya.

Pembatasan juga diterapkan pada PPKM Level 3-4, hanya saja dilakukan sejumlah pelonggaran.
Presiden pun mengimbau warga untuk terus disiplin mematuhi protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Ia juga mengajak seluruh pihak ikut menyukseskan program vaksinasi Covid-19.

“Kita masih berproses menuju pada vaksinasi 70 persen yang kita harapkan nanti akhir tahun ini bisa kita selesaikan Insya Allah,” kata dia. (tim/red)

Disarankan
Click To Comments