Politik Ala Rosululloh dan Pilgub Banten: Menanti Kejayaan Provinsi Sejuta Santri

PILGUB SELEKSI BANTEN MAJU

BANTEN,PenaMerdeka – Banten, yang berjuluk provinsi sejuta santri salah satu wilayah dari 37 provinsi di Indonesia yang akan melangsungkan pemilihan umum pasangan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub). Pelaksanaan pencoblosan Pilgub Banten akan digelar 27 November 2024.

Pilgub 2024 telah menyodorkan nama Cagub Cawagub Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi serta Andra Soni-Dimyati Natakusumah.

Menelisik kebelakang soal sejarah Banten, merupakan wilayah yang pernah berjaya di bawah pengaruh kerajaan Islam.

Adalah Kerajaan Banten yang berdiri pada abad 16, dan didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang tercatat dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia sebagai Wali Songo. Namun demikian Sunan Gunung Jati disebutkan tidak pernah bertahta menjadi raja Banten.

Sejumlah literasi yang dihimpun penamerdeka.com, Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin.

Sultan Maulana Hasanuddin berkuasa sejak 1552 hingga 1570 M. Sedangkan masa kejayaan Kerajaan Banten ketika berada di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M).

Kala itu Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC.

Lalu, Pilgub Banten nantinya diharapkan membawa serta menghasilkan pemimpin amanah, fathonah, sidiq dan tablig supaya provinsi yang berdampingan dengan Jakarta kembali sejahtera. Dan bagaimana pula cara rosululloh berpolitik untuk kemaslahatan rakyat.

img 20240928 192842
Masjid Agung Banten salah satu peninggalan dari era Kesultanan Banten. (istimewa)

Kajian Islam tentang berpolitik dan menggapai kemenangan yang dilakukan Rosululloh SAW memang dilakoni berbeda dengan kondisi sekarang. Namun setidaknya yang dilakukan Kanjeng Nabi Muhamad SAW atau peristiwa politik saat itu bisa diambil hikmahnya. 

Karena Rosululloh merupakan pemilik Uswatun Hasanah yang patut diikuti umatnya seperti yang tercantum dalam surat Al-Ahzab Ayat 21.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ۝٢١

laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun ḫasanatul limang kâna yarjullâha wal-yaumal-âkhira wa dzakarallâha katsîrâ

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.

Buya Arrazy Hasyim salah seorang pendakwah dan pengasuh Ribath Nouraniyyah Hasyimiyyah dalam kajian: “Apakah Rosululloh Berpolitik”?

“Politik itu bagaimana (politik, red) bisa mempengaruhi orang,” kata Buya Arrazy dalam video yang ditayangkan CafeRumi. 

Kondisi politik saat itu tidak ada kepartaian dan juga survei pemenangan serta manuver. Rosululloh mempraktikkan politik bertuhan. Dan di Indonesia menurut Buya Arrazy tercantum dalam kontek palsafah Pancasila sila ke satu (1). Dimana berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Yakni tentang keesaan tuhan dalam semua hal.

“Itulah yang diturunkan kepada nabi. Qul huwallahu ahad yang artinya Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Ini tentang nilai nilai keesaan Allah dalam semua aspek. Iya, nabi berpolitik tetapi kepada cahaya dan rububiyah Allah SWT,” ucap Buya Arrazy.

Berpolitik ala nabi kata Buya Arrazy, tidak melulu semuanya harus mengandalkan dengan kemenangan. Dan perjalanan politik, lantaran berangkat untuk kepentingan rakyat, tidak pernah tercatat dilakukannya dengan balas dendam.

“Jadi jangan dibayangkan politik nabi kalau benar kemudian memaksakan kebenaran. Hijrah ke Madinah dari Kota Mekah untuk menghindari peperangan. Dan kembali menguasai Mekah pun tidak dengan nafsu (kekerasan/penganiayaan). Mengikuti gerak ilahiyah, bukan dengan gerakan nafsu politik kekinian (yang sekarang sering terjadi). Sehingga nantinya berharap mendapat ridho Allah SWT,” tegasnya.

Dia menegaskan bahwa politik nabi adalah tanpa mencederai yang berbeda pandangan. Sangat disayangkan jika oknum politisi saat ini cenderung untuk menjadi atau hanya merebut kekuasaan.

SETIAP PEMIMPIN ADALAH CERMINAN RAKYATNYA

Kini dua pasangan calon (Paslon) pada Pilgub Banten telah menawarkan program. Program untuk peningkatan kemakmuran rakyat di provinsi sejuta santri.

Mana diantara dua kandidat dalam kontestasi pilkada yang perdana kali digelar dan nanti terpilih menjadi yang terbaik untuk memakmurkan rakyat Banten. 

Kutipan dari ulama besar asal Damaskus yang lahir 691 Hijriah Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan.

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim.”

Ungkapan ini sekarang di penghujung akhir jaman sejatinya wajib direnungkan. Bahkan, menjadi kata hikmah yang sering diungkapkan oleh para sejarawan dan ahli sosial. Seakan ungkapan itu sudah menjadi kaidah baku untuk sebuah peradaban.

Pilgub Banten ini merupakan kesempatan secara politik untuk memilih salah satu pasangan calon gubernur Banten 2024-2029, agar wilayah yang mempunyai aset alam melimpah bisa dikelola demi kemaslahatan.

Seperti diketahui, Pilkada tahun 2024 serentak bersamaan digelar untuk 415 kabupaten yang menggelar pemilihan pasangan calon bupati (Pilbup), dan berjumlah 93 daerah yang akan melaksanakan pemilihan umum pasangan wali kota dan wakil wali kota (Pilwalkot). (red)

Disarankan
Click To Comments