JAKARTA,PenaMerdeka – Sri Mulyani, Menteri Keuangan (Menkeu) membeberkan soal kinerja utang pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sri mengaku pengelolaan utang era Jokowi-JK lebih baik dibandingkan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
“Utang pada tahun 2018 justru mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 9,7 persen. Angka ini sangat jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan 2014, pertumbuhan utang hingga mencapai 14,6 persen,” terang Sri.
Menurut Sri, kinerja pemerintah dari sisi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) saat ini juga tumbuh negatif sekitar 17,8 persen.
“Ini menjawab yang banyak sekali dan juga senang sekali memelihara isu utang, di publik dan jawaban ini sering tidak dikutip. Karena masalah utang sering diopeni dan dipelihara,” cakap Sri.
Ia juga menegaskan, utang yang diambil pemerintah saat ini untuk hal yang produktif. Meskipun, terdapat kenaikan utang lebih besar secara nominal. Namun juga kata Sri harus dilihat untuk apa pemanfaatan utang tersebut.
“Kenaikan utang periode pada tahun 2012 – 2014 mengalami kenaikan Rp799,8 triliun dan kemudian tambahan utang 2015-2017 adalah di 1.329 triliun,” jelasnya.
Sri membandingkan, secara nominal memang besar dan banyak pihak yang sengaja memutus informasi sampai pada situ saja tanpa melihat untuk apa utang dimanfaatkan.
Di sisi belanja infrastruktur pada periode 2012-2014 hanya tercatat sebesar Rp456 triliun sedangkan periode Jokowi-JK, yakni di rentang 2015-2017 mencapai Rp904,6 triliun.
“Jadi kenaikannya hampir dua kali lipat. Ada yang mengatakan, ‘cuma segitu’, tapi utangnya Rp1.329. Tunggu dulu, belanja kita untuk pendidikan, pendidikan dulu hanya Rp983 triliun untuk tiga tahun, sekarang, Rp1.167 triliun, jadi naik 118 persen,” pungkasnya. (redaksi)