JAKARTA,PenaMerdeka – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan Kementerian Komunikasi & Informasi (Kemenkominfo) menggelar dialog publik di Hotel Mega Anggrek, Jalan Arjuna, No.4, Palmerah, Jakarta Barat (5/12/2019) malam.
Kegiatan yang bertema ‘Menangkal Penyebaran Radikalisme di Media Sosial (medsos) ini dihadiri 500 orang dari Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.
Anggota Komisi I DPR RI, Effendi MS Simbolon menuturkan, paham radikalisme yang lagi trend saat iini adalah membidik para generasi milenial melalui media sosial.
“Melalui forum ini diharapkan para konstituen dapat bersinergi antara masyarakat legislatif dan eksekutif dalam mengcounter paham tersebut,” kata Effendi.
Plt. Kepala Biro Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Setu mengatakan, saat ini, pihaknya tengah berupaya mantakedown memblokir ribuan konten akun yang menyebarkan paham radikalisme melalui medsos.
“Berharap agar kelompok yang berada diakar rumput menyebarkan kepada pihak lain bahaya radikalisme negatif yang merong rong ideologi negara. NKRI harga mati. Pancasila adalah ideologi NKRI,” terang Ferdinandus.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Brigjen Pol Eddy Hartono menambahkan, terorisme bermula dari faham ideologi yang berbeda dari ideologi negara tertentu termasuk berbeda dari ideologi Panca Sila.
“Perkembangan terorisme dan rekruitmen teroris dikelompokkan tiga gelombang, yaitu _1st wave_, rekruitmen teroris ke Afganistan, _2nd wave_, rekruitmen teroris di Moro Philppine dan _3rd Wave_, rekruitmen teroris oleh ISIS untuk perang di Syria, Libya serta Irak,” jelas Eddy.
Menurutnya, paham Radikalisme yang dianut hingga berakhir jadi teroris akibatnya sangat mengerikan, dapat memporak porandakan sebuah bangsa, Suriah, Libya dan Irak yang menganut satu agama Islam negaranya bisa hancur.
“Apalagi dengan indonesia yang multi agama jika paham tersebut berkembang maka tidak ada bedanya dengan negara tersebut,” katanya.
Ia menambahkan, paham radikalisme dilakukan melalui pengkaderan oleh kelompok yang telah memiliki Amir atau pimpinan dan ada juga yang mereka bergerak sendiri (lonely wolf).
“Paham Radikalisme sekarang ini terpapar lebih banyak di kalangan orang usia muda, yang mampu merakit bom belajar dari internet. Maka itu, hal seperti ini mesti ditekan lagi,” imbuhnya. (hisyam)