WELLINGTON,PenaMerdeka – Sebuah penelitian dari University of Otago, Wellington, University of Melbourne dan University of Auckland mengungkapkan, bahwa orang-orang yang bersepeda ke tempat kerja memiliki risiko kematian yang jauh berkurang.
Kemungkinan besar sebagai akibat manfaat kesehatan dari aktivitas fisik. Penelitian ini juga baru saja diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology.
Peneliti utama Dr Caroline Shaw, dari Departemen Kesehatan Masyarakat di Universitas Otago, Wellington mengatakan, orang yang bersepeda untuk bekerja mengalami penurunan angka kematian sebesar 13%.
Tidak ada pengurangan angka kematian bagi mereka yang berjalan atau menggunakan transportasi umum untuk bekerja.
Para peneliti menggunakan data dari sensus Selandia Baru—Mortality Study, yang menghubungkan catatan sensus dan mortalitas, untuk melakukan studi tindak lanjut dari populasi selama 3—5 tahun setelah sensus 1996, 2001 dan 2006.
Seluruh responden mendapat sejumlah pertanyaan di antaranya perihal cara utama berpergian bekerja.
“Kami mempelajari 80% populasi usia kerja Selandia Baru selama periode 15 tahun, sehingga sangat representatif,” kata Dr Shaw seperti melansir dari Times Now News, Jumat (7/2/2020).
Dr Shaw menambahkan, peningkatan transportasi aktif sedang dipromosikan sebagai cara mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan, tapi hubungan antara berbagai moda transportasi, seperti bersepeda, berjalan kaki dan angkutan umum, serta hasil kesehatan masih belum jelas.
Studi ini menemukan lebih dari 80% orang di Selandia Baru bepergian untuk bekerja dengan mobil pada hari sensus, dengan hanya 5% berjalan kaki dan 3% bersepeda.
“Ada perbedaan gender dalam mode perjalanan ke tempat kerja, dengan 2% wanita bersepeda dibandingkan dengan 4% pria, tetapi lebih banyak wanita berjalan atau jogging (7%), dibandingkan dengan pria (5%). Lebih tinggi proporsi orang yang lebih muda bersepeda, berjalan atau naik transportasi umum dibandingkan dengan orang yang lebih tua,” kata dia.
Dr Shaw menjelaskan, data sensus tidak memberikan rincian tentang intensitas fisik perjalanan, sehingga mereka yang tinggal di pusat kota dan berjalan 200 meter ke kantor berada dalam kategori yang sama dengan mereka yang berjalan dengan cepat ke atas dan ke bawah bukit selama 30 menit untuk pergi ke dan dari kantor.
“Kami tidak melihat peningkatan dalam kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan berjalan dan bersepeda, meskipun sistem transportasi Selandia Baru pada saat studi ini sangat didominasi mobil dan jalan jarang memberikan kelonggaran bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda,” papar dia.
Temuan ini memberikan dukungan bagi inisiatif untuk meningkatkan jumlah orang yang pulang pergi kerja dengan sepeda.
“Meningkatkan bersepeda untuk bepergian ke tempat kerja di negara dengan tingkat bersepeda yang rendah seperti Selandia Baru akan memerlukan kebijakan yang diarahkan pada transportasi dan perencanaan kota, seperti meningkatkan kepadatan perumahan dan mengimplementasikan jaringan bersepeda,” ujar dia.
Sementara penelitian tidak menemukan hubungan antara berjalan atau menggunakan transportasi umum ke tempat kerja dan pengurangan angka kematian. Menurut Dr Shaw, ada alasan lain untuk mempromosikan moda transportasi ini.
“Berjalan ke tempat kerja memiliki manfaat kesehatan terkait aktivitas fisik selain pengurangan mortalitas—termasuk pencegahan penyakit kardiovaskular dan diabetes—dan menggunakan transportasi umum memiliki manfaat memancarkan lebih sedikit karbon,” tukasnya. (ri)