Tolak Relokasi Makam Syekh Buyut Jenggot Warga Kubur Diri di Kantor Wali Kota Tangerang
MINTA JADIKAN CAGAR BUDAYA
KOTA TANGERANG,PenaMerdeka – Sejumlah warga berunjuk rasa dengan melakukan aksi kubur diri sebagai penolakan rencananya penggusuran makam Syekh Buyut Jenggot atau Syekh Tubagus Rajasuta bin Sultan Ageng Tirtayasa di halaman Kantor Wali Kota Tangerang, Banten, Kamis (29/9/2022
Aksi kubur diri ini juga disebut menjadi representatif bagi masyarakat untuk dapat mengingat sejarah dan perjuangan Syekh Buyut Jenggot dalam mengenalkan agama Islam.
“Hari ini kami akan melakukan aksi sampai pemerintah melakukan pernyataan jelas untuk tidak merelokasi dan menghentikan pembangunan di area Makam Buyut Jenggot tersebut,” tegas salah satu massa aksi, Tubagus Saptani.
Syekh Buyut Jenggot merupakan tokoh agama yang sangat dihormati masyarakat setempat. Oleh karena itu, masyarakat juga mendorong makam tokoh ini dapat dijadikan cagar budaya dan wisata religi ke depannya.
“Sementara di sisi lain disekitar makam tersebut sedang ada pembangunan oleh para pengembang yang ijin bangunan si pengembang juga perlu dievaluasi,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi II DPRD Kota Tangerang, Andri S Permana mengatakan, pihaknya menghormati proses yang sedang berjalan itu. Karena, menurutnya BPBC sangat berwenang dan ahli dalam penentuan sebuah lokasi menjadi cagar budaya.
“Opsi menjadikan makam itu sebagai cagar budaya sudah sama-sama kita sepakati, mari kita tunggu hasilnya. Dan apapun hasilnya nanti, kita semua saya harap dapat menghormatinya,” ujarnya.
Dia menambahkan secara yuridis, pihak pengembang memang yang memiliki lahan itu. Namun, Komisi II DPRD Kota Tangerang mendorong sebisa mungkin kawasan makam itu menjadi simbol bagi kearifan lokal (landmark of local wisdom).
“Karena bagi saya ini merupakan penghormatan besar terhadap nilai-nilai sejarah, poin besarnya itu,” imbuh Andr
Andri pun mengajak semua pihak untuk menunggu bersama-sama hasil kajian dari badan tersebut. “Karena nilai sejarah yang kita pertahankan, terlepas hasil kajiannya seperti apa, ini sejarah harus dihargai,” imbuhnya. (hisyam)