Soal Bullying, Bunda PAUD : Bangun Mental Anak Supaya Tidak ‘Cengeng’

Prilaku bully menurut Aini Suci Wismansyah bunda PAUD Kota Tangerang sejak dahulu sudah ada. Tetapi yang perlu disiapkan oleh kita sebagai orangtua adalah meningkatkan mental anak sejak dini. Agar anak tidak gampang tersinggung ketika di bully kawannya.

“Kalau dahulu ada kawan kita yang menyebut nama orangtua dan bahkan menyinggung profesi orangtua, sampai sekarang pun saya rasa itu (buly,red) masih ada. Untuk membentenginya, makanya kita harus mepersiapkan mental anak menjadi pribadi yang tegar, tidak cengeng,” ucap istri Walikota Tangerang Arief R Wismansyah ini menjelaskan kepada Pena Merdeka beberapa waktu lalu.

Kalau anaknya rapuh pasti anak itu kalau di bully kawannya cenderung gampang menangis alias cengeng karena mudah tersinggung. “Jadi anak kita, kedepan harus di didik secara tegas. Namun demikian perhatian guru di sekolah harus turut andil juga. Pasalnya bully jika dibiarkan kejam layaknya benda yang bisa memukuli anak.” katanya menegaskan.

Ia lebih jauh menerangkan, jika anak sudah berada di rumah maka orangtua harus jeli, apakah ada perbedaan dalam prilaku anak kita. Jika terjadi, kita harus berkoordinasi dengan pihak sekolah atau gurunya. “Ini kan bisa dibicarakan supaya harus ada masukan tentang kendala pola mengasuh dan perbaikan pendekatan kepada anak.”

Jika di PAUD kita memakai kurikulum sentra dimana anak bisa menjalankan program dengan kebutuhan tersebut. Tetapi kembali Bunda Aini menegaskan, antara guru dan orangtua harus kompak seperti satu jalan, jadi kita bisa sama sama membuat prilaku anak menjadi baik. “Sentra itu bagus, jika selesai menjalankan program mainan yang ada di program tersebut maka anak anak langsung disuruh untuk membenahi mainan itu. Ini bagus dalam pola kedisiplinan,” tuturnya.

Tingkat hubungan sosial anak kata Bunda Aini mengungkapkan, di rumah dan disekolah harus searah, pasalnya jika gurunya melarang untuk membawa hand phone tetapi ternyata orangtuanya member izin membawa barang seluler tersebut, maka disini terjadi ketimpangan program. Yang terjadi anak akan bingung, tetapi kecenderungannya, anak akan lebih percaya dengan program sekolah.

Di Negara Jepang, usia anak TK sudah diterapkan ilmu disiplin. Mereka sudah diajarkan untuk membersihkan atau mengepel kelasnya secara bergantian, ini untuk memacu supaya anak kita bisa belajar disiplin. “Nah ini juga program bagus untuk pembenahan mental disiplin anak. Bagus juga kalau diterapkan di Indonesia.”

Membingbing anak tidak seperti kita memakan cabai saja, butuh kesabaran. Kalau makan cabai kan langsung terasa pedas tetapi berbeda jika mengasuh anak supaya baik. Seluruh komponen diharuskan bisa sinergi. “Orangtua, pihak sekolah sampai ke babby sister kalau bisa dapat mengontrol anak kita supaya pembangunan mentalnya bisa sejalan dengan program yang ada,” tandasnya menjelaskan. (yuyu)

Disarankan