KABUPATEN BEKASI,PenaMerdeka – Memprihatinkan alias parah ketika sekarang kita menengok kondisi fisik bagian dalam lantai atas pada gedung bersejarah saksi bisu kisah heroik perjuangan masyarakat Bekasi. Namanya Gedung Juang Tambun atau 45, begitu banyak khalayak Bekasi menyebutnya.
Situs sejarah yang terletak di Jalan Hasanudin Nomor 5, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi sebelum Revolusi Nasional, bangunan ini bernama Landhuis Tamboen atau Gedung Tinggi dan konon merupakan pusat tanah partikelir milik keluarga Khouw van Tamboen.
Sayang, kini terlihat hancur pada beberapa bagian plafonnya. Padahal, diketahui gedung bersejarah tersebut beberapa bulan lalu baru saja rampung direnovasi melalui APBD Tahun 2017 Pemkab Bekasi. Senilai kurang lebih Rp10 miliar.
Kondisinya memprihatinkan, lantaran pada atap bagian tengah di lantai dua itu sudah jebol bahkan menyisakan banyak kotoran kelelawar di lantainya.
“Kemarin hanya bagian kanan atas aja yang jebol, tapi sekarang bagian tengah juga dan malah lebih parah keadaannya,” kata Yanto, yang tinggal di areal Gedung Juang sejak puluhan tahun silam, Jumat (9/3/2018).
Dikatakan Yanto, pada saat proses renovasi gedung bersejarah yang kerap dipakai stasiun tv swasta dalam acara yang berbau mistik tersebut saat itu pihak pemborong sudah membawa konsultan dari salah satu universitas ternama. Namun, dianggap Yanto proses pengerjaannya dilakukan tidak maksimal.
Kata dia, sebab terlihat dari beberapa titik pada bangunan yang kini terlihat sudah rusak parah.
“Padahal katanya saat itu pihak pemborong melibatkan konsultan dari salah satu Universitas di Jawa Barat dalam merenovasi gedung bersejarah ini. Mungkin pengerjaannya yang tidak maksimal kalau begitu,” ungkapnya.
Sementara Pegiat Seni dan Budaya Sanggar Juang Tambun, Lepay, mengaku prihatin melihat kondisi gedung juang yang baru saja selesai direnovasi beberapa waktu lalu.
Apalagi kata dia, anggaran untuk merenovasi gedung tersebut nilainya begitu fantastis.
“Masa anggaran sampai Rp10 miliar tapi baru beberapa bulan udah ambruk,” kata dia dengan logat betawinya yang kental.
Pemda Kabupaten Bekasi, sambung dia, seharusnya jangan terkesan hanya sekedar menghabiskan anggaran saja untuk merenovasi salah satu gedung bersejarah ini tetapi mengesampingkan fungsi pengawasan pada proses pengerjaan.
“Kalau sudah begini, siapa yang paling dirugikan,” tandasnya bertanya. (ers/ewwy)