NAKAL Serukan Calon Kepala Daerah bukan Kampanyekan Kelompok Identitas
Jelang Pilkada 2020 'Nakal' Minta Kebersamaan
TANGERANG,PenaMerdeka – Herman Josis Mokalu atau Yosi nama panggilan akrab anggota Project Pop ini saat mendirikan ‘Nasional Radikal’ (Nakal) berawal saat perhelatan Pilgub 2017 DKI Jakarta.
Bukan tanpa alasan, saat perhelatan itu dia menganggap ada sejumlah kejanggalan kelompok-kelompok tertentu untuk menjadi orang nomor satu di Ibu Kota Indonesia.
“Sudah dua tahun lebih ‘Nakal’ berdiri, saat itu berbarengan dengan penyelenggaraan Pilgub DKI. Waktu itu cuma bertiga yakni saya sendiri, Erwin sama Josua. Kita lagi berpikir bagaimana issu radikal yang berkembang saat ini. Nama Nakal bukan identik dengan hal negatif, tetapi radikal positif untuk membangun karakter bangsa. Kelompok (Nakal) ini tidak mempunyai kepentingan apapun, semua golongan apapun asal sejalan bisa kita terima. Kami ingin memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ucapnya ditemui penamerdeka.com usai acara di Unika Atmajaya BSD Tangsel, Sabtu (2/11/2019).
Disinggung perhelatan Pilkada Serentak 2020 mendatang, Nakal mengajak masyarakat supaya bisa memilih calon kepala daerah yang mengkampayekan program pembangunan kebersamaan wilayahnya.
Sebab kata Yosi, jika seorang calon melakukan kampanye identitas maka otomatis tidak membawa program pembangunan secara menyeluruh kepada rakyatnya.
“Maka, ya calon harus mencerdaskan demokrasi juga kepada calon pemilih. Dan masyarakat juga harus melihat program calon,” ucapnya.
Komunitas Nakal yang dibentuknya merupakan wadah pergerakan untuk mengedukasi melalui diskusi sejarah mengenai kepedulian, nilai-nilai positif, pengorbanan dan kebersamaan kehidupan berbangsa.
“Kita juga menggandeng Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan kawan artis yang peduli. Sekaramg ini sudah kerap melakukan edukasi berdemokraai ke sejumlah perguruan tinggi dan sekolah. Kita membelanya kebersamaan tidak identitas.”
Selain melalui diskusi sejarah, Yosi mengungkapkan, salahsatu cara untuk membangun karakter kebangsaan dengan cara menggelar lomba pidato kreatif kebangsaan yang digagasnya bersama Ikatan Alumni (Iluni) Unika Atmajaya.
Yosi percaya, dengan lomba pidato kebangsaan, ternyata generasi sekarang masih peduli dan mempunyai nilai nasionalisme yang tinggi.
“Tadi pas lomba ada komunitas yang sehari-harinya nongkrong ngomongin negara, nah itu kan sesuatu yang mengejutkan. Kita mungkin berfikir anak muda sekarang hanya mikirnya sosial media, main game. Tapi ternyata mereka (peserta lomba) mengakui bahwa setiap hari nongkrong ngomongin negara. Makanya pas mereka berpidato, lancar banget,” ungkapnya.
Yosi menambahkan, tujuan digelarnya pidato kebangsaan juga memberi kesempatan pemuda supaya berani bersuara dan menunjukan bahwa ada generasi muda yang berani menyuarakan jiwa nasionalisme. (rd)