JAKARTA,PenaMerdeka – Bank Dunia mencatat, utang global cetak rekor baru dalam 30 tahun terakhir. Hal tersebut diakibatkan resesi saat pandemi covid-19 pada 2020 yang kemudian membuat utang negara-negara di dunia menumpuk.
Diungkap dalam laporan mengenai perkembangan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) pada Oktober 2022, Bank Dunia menjelaskan bahwa kondisi pandemi covid-19 berdampak pada lonjakan utang global.
Fakta tersebut membuat kekhawatiran tentang keberlanjutan utang di negara-negara berkembang di kawasan EAP.
Resesi yang disebabkan oleh pandemi (covid-19) pada 2020 mengakibatkan lonjakan utang global terbesar dalam 30 tahun terakhir,” tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (28/9/2022).
Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada akumulasi utang global negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik tersebut.
Secara historis, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang cukup tinggi untuk melebihi nominal suka bunga yang berkontribusi pada pengurangan rasio utang terhadap PDB. Rata-rata 2,1 persentase poin selama periode 2000-2022.
“Selama Global Financial Crisis (GFC) 2008-2009, pertumbuhan ekonomi bahkan mengurangi beban utang,” jelasnya.
“Namun, kontraksi pertumbuhan ekonomi selama resesi covid-19 di negara EAP, terkecuali China, mengakibatkan peningkatan rasio utang global terhadap PDB sebesar 2,6 persentase poin di negara-negara tersebut pada 2020,” lanjut Bank Dunia.
Pertumbuhan di sebagian besar kawasan yang sedang berkembang di Asia Timur dan Pasifik sudah mengalami pemulihan pada tahun ini dari berbagai dampak covid-19. Namun, masih ada beberapa tantangan dan risiko yang harus diwaspadai.
“Pemulihan ekonomi sedang berlangsung di sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro, dikutip dari situs resmi Bank Dunia.
“Di saat mempersiapkan diri untuk menghadapi pertumbuhan global yang melambat, berbagai negara harus menangani distorsi kebijakan domestik, yang menjadi penghambat pembangunan jangka panjang,” jelasnya. (uki)