Makin Nanjak: Harga Emas Antam Nyaris Tembus Rp1,9 Juta per Gram, Buyback Ikut Terkerek
BERI SINYAL PASAR-INVESTOR TINGGI
JAKARTA,PenaMerdeka – Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali menguat pada perdagangan Rabu (21/5/2025) hari ini.
Harga logam mulia tersebut naik Rp23.000 menjadi Rp1.894.000 per gram melanjutkan tren kenaikan.
Tidak hanya harga jual, nilai buyback atau harga pembelian kembali emas oleh Antam juga ikut terkerek naik sebesar Rp23.000.
Data terkini, harga buyback emas Antam mencapai Rp1.738.000 per gram dimana, harga itu berlaku di gerai resmi Antam, Pulo Gadung, Jakarta.
Pembelian emas batangan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 34/PMK.10/2017.
Besaran pajak PPh 22 yang dikenakan sebesar 0,9% dari total nilai transaksi. Namun, bagi pembeli yang mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tarif pajak bisa diturunkan menjadi 0,45%.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pajak serta mendorong transparansi dalam transaksi komoditas logam mulia di pasar domestik.
Adapun harga emas batangan bervariasi sesuai dengan berat pecahan. Harga pecahan emas terkecil, yaitu 0,5 gram, hari ini dibanderol Rp997.000.
Sementara untuk pecahan 1 gram, harga resminya mencapai Rp1.894.000. Pecahan emas 2 gram dijual seharga Rp3.728.000, sedangkan pecahan 3 gram dipatok Rp5.567.000.
Untuk emas 5 gram, harga yang ditetapkan adalah Rp9.245.000. Harga emas pecahan 10 gram kini mencapai Rp18.435.000.
Sementara pecahan 25 gram dijual Rp45.962.000 dan pecahan 50 gram seharga Rp91.845.000. Bagi pembeli skala besar, Antam juga menyediakan pecahan 100 gram hingga 1.000 gram.
Harga pecahan 100 gram dipatok Rp183.612.000, 250 gram Rp458.765.000, dan 500 gram Rp917.320.000. Untuk emas batangan 1.000 gram atau 1 kilogram, harganya mencapai Rp1.834.600.000.
Harga emas Antam dapat berubah setiap hari mengikuti dinamika pasar global dan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Kenaikan harga emas ini juga memberi sinyal bagi pelaku pasar dan investor bahwa permintaan logam mulia masih tinggi terutama di tengah ketidakpastian inflasi dan kondisi geopolitik internasional. (Gie)