Perkembangan industri otomotif di Indonesia sering kali kesulitan untuk dapat bersaing dengan negara lain. Bermacam jenis bahan baku untuk kebutuhan komponen industri otomitif masih harus diimpor dari Tiongkok dan beberapa negara produsen bahan baku komponen otomotif.
Disebutkan oleh Rony Hermawan Sekjen Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif Indonesia (PIKKO) bahwa pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) komponen otomotif yang ada di Indonesia masih belum mampu membuat komponen original buatan dalam negeri.
Karena skala usaha terbilang kecil, IKM Otomotif baru mampu memproduksi kasesoris motor dan mobil saja. Baru perusahaan industri komponen besar saja yang sudah memeliki kemampuan untuk produksi komponen seperti suku cadang motor dan mobil.
Dalam keterangannya Rony mengatakan “Kalau untuk IKM belum ada, tetapi kalau untuk perusahaan besar banyak. Kalau IKM belum ada yang bisa buat fast moving atau sukucadang untuk yang after market. Sangat sedikit sekali IKM, baru aksesoris paling, kalau komponen belum,” ujar Rony saat berada di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Selasa (13/9/16).
Untuk para pelaku industri komponen besar, para pelaku industri komponen otomotif skala kecil menengah disebutkan belum mendapatkan pembebasan bea masuk impor dari pemerintah Indonesia. Hal ini mengakibatkan biaya untuk produksi menjadi meningkat dan berakibat sulit bersaing harga komponen di pasar.
Kembali dijelaskan oleh Rony “Kalau untuk IKM banyak hambatannya. Kita beli material aja masih impor, impornyapun dari trader trader. kalau perusahaan- perusahaan besar mereka dapat fasilitas dari negara. Bea masuk ditanggung pemerintah (BMDP) itu untuk perusahaan besar,”
“Jadi lalau perusahaan besar beli material ke China atau Jepang itu bebas, tapi kalau kita (IKM) kan harus bayar bea plus PPn,” kata Rony mengakhiri. (alip/dbs)