Berharap Masuk Sekolah Negeri, Orang Tua Pertanyakan PPDB Sistem Zonasi
JUMLAH SEKOLAH LABEL NEGERI MINIM
BANTEN,PenaMerdeka – Dengan sistem zonasi tahun ajaran baru 2020 tingkat SMA/SMK, orang tua siswa berharap anaknya bisa mengenyam pendidikan sekolah berlabel negeri.
Edi Suryadi kepala lingkungan di wilayah Ciledug, Kota Tangerang mendapat keluhan warganya perihal sistem zonasi.
Banyak warganya meski dekat dengan lingkungan SMA Negeri 13 Ciledug, Kota Tangerang tetapi tidak terakomodir.
“Sempat ngobrol-ngobrol dengan warga meski dekat dengan sekolah tetapi tidak masuk. Padahal dekat dengan lingkungan sekolah,” tukas Edi.
Sebagai kepala lingkungan dirinya mengaku pihak sekolah tidak transparan? Karena informasi yang berhasil dihimpunnya, ada indikasi jalur zonasi tidak sepenuhnya dijalankan.
Pasalnya banyak orangtua siswa sudah mendaftar secara online tetapi tidak terakomodir.
Saat pandemi Covid-19 banyak warga yang terdampak secara ekonomi, artinya tetap menginginkan sekolah di tingkat negeri.
Saat ini dengan jumlah sekolah negeri yang minim, kompetisi siswa dengan sistem zonasi, dia menyebut mempunyai harapan agar diakomodir.
Kedepan akan menghapus sekolah negeri dengan label unggulan atau paporit. Berangkat dengan siatem ini memberi peluang anak warga masuk ke sekolah negeri.
“Ada dugaan siswa yang mendaftar ke sekolah negeri kalah lewat jalur lain. Mungkin banyak kolega atau anak pejabat bisa masuk. Sementara yang murni potensi tersingkir. Sekolah tidak gamblang menjelaskan kepada orang tua siswa alasan calon siswa tidak bisa masuk,” ucapnya.
Sementara Nurjanah (35), warga Paku Alam, Kecamatan Serut, Kota Tangsel, sempat mendaftar di salah satu sekolah negeri di Tangsel.
Meski sempat mendaftar secara online tetapi dikabarkan tidak bisa melanjutkan pendidikan di sekolah negeri.
“Sekolah di swasta kita mikir biayanya. SPP yang harus dibayar setiap bulan sebesar Rp500 ribu. Sementara sekarang pendapatan sedang berkurang drastis. Pendapatan warung sedang turun mas,” kata janda beranak dua ini dihubungi wartawan, Senin (20/7/2020).
Dengan terpaksa sekarang anak pertamanya masuk di SMK swasta. Dia berharap nantinya pemerintah bisa menggelontorkan program untuk mengurangi biaya pendidikan yang ditanggungnya. (red/tim)