Bermodal Rp 6,25 M Trans Anggrek Circle Line Jauh Panggang dari Api

Penulis Jupri Nugroho adalah Koordinator Divisi Advokasi dan Investigasi TRUTH

Mei 2015 Trans Anggrek diperkenalkan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan oleh Walikota Airin Rahmi Diany. Program Trans Anggrek Circle Line bertujuan untuk meningkatkan layanan transportasi massal yang menghubungkan seluruh stasiun kereta api di Kota Tangerang Selatan dan akan terintegrasi ke Bandara Soekarno-Hatta.

Namun faktanya jauh panggang dari api. Jika melihat Kota Tangerang Selatan memang sudah seharusnya memiliki moda transportasi yang nyaman, dari data yang ada bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki 60 titik kemacetan yang tersebar di 7 (Tujuh) Kecamatan yang ada di kota ini.

Sambutan yang beragam muncul dari masyarakat ada yang mendukung dan ada juga yang mengangap bahwa nantinya akan berdampak pada penghasilan supir angkutan umum yang dilewati trayek kendaraan Trans Anggrek Circle Line.

Belum lagi keadaan jalan yang tidak layak. Dari delapan koridor yang direncanakan hanya koridor 2 yang memenuhi standar untuk dilalui Trans Anggrek ini yaitu yang menghubungkan stasiun rawa buntu dan terminal pondok cabe.

ALOKASI ANGGARAN BESAR

Dengan anggaran yang di keluarkan dari APBD sebesar Rp 1,25 miliar untuk satu unit. Jika dijumlahkan dengan 5 bus maka total yang keluar dari APBD adalah sebesar 6,25 Miliyar, ini akan menjadi sia-sia jika pada tahapan pelayanan tidak dijalankan dengan maksimal.

Perlu adanya evaluasi dan pengawasan dari masyarakat agar anggaran yang sudah dikeluarkan untuk proyek Trans Anggrek Circle Line tidak sia-sia atau menguntugkan segelintir oknum.

EVALUASI SETENGAH HATI

Pada pertengahan 2016 persoalan mulai muncul akibat sepinya peminat yang mengunakan Trans Anggrek, timbul satu pertanyaan bagaimana mungkin masyarakat mengunakan transportasi model transportasi tersebut kalau keberadaannya tidak diketahui secara luas oleh masyarakat?

Hal ini karena tidak adanya keseriusan dalam mempublikasi dan mensosialisasikannya. Berdasarkan catatan TRUTH (Tangerang Public Transparency Watch), model Trans Anggrek Circle Line terlihat melintas tanpa ada penumpang sama sekali, dan itu berlangsung sejak awal 2016, hingga hari ini Trans Anggrek masih selalu dalam keadaan kosong (terlihat di jalan Siliwangi).

Lantas untuk apa beroperasi jika tidak adanya penumpang: melayani, sementara biaya operasional terus dikeluarkan dari APBD (biaya opersional terbesar adalah pada bahan bakar, honor pengemudi dll).

Tak dapat dibantah bahwa Trans Anggrek tidak diminati, itu sebabnya Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie menyatakan akan merubah menjadi Bus Sekolah, namun hingga kini juga belum terealisasi.

JAM OPERASIONAL TIDAK JELAS

Dari pantauan TRUTH dilapangan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui adanya bus tersebut, bahkan mereka berfikir bahwa armada tersebut hanya bus opersional Pemkot Tangsel. Jadwal operasional yang sudah dijadwalkan tidak efektif bahkan pada jam-jam operasional sudah terparkir di pool. Atau bahkan hanya sehari sekali terlihat di jalan.

TRUTH pernah mendatangi terminal pondok cabe untuk memastikan beroperasinya kegiatan Trans Anggrek Circle Line akan tetapi menurut salah satu pemilik warung dilingkungan terminal mengatakan bahwa hanya sesekali terlihat masuk.

Padahal seharusnya melayani pada jam-jam sibuk, yaitu pagi pada pukul 06:00 sampai 09:00 Wib, Siang pada pukul 11:00 Wib sampai 14:00 Wib dan Sore 15:00 sampai 18:00 Wib.

Perencanaan Trans Anggrek Circle Line Gagal dan Program Terlalu Dipaksakan

Tujuan awal diadakannya Trans Anggrek adalah agar mampu menghubungkan seluruh wilayah produktif yang ada di Tangsel, namun tujuan tersebut tidak diimbangi dengan infrastruktur jalan yang ada. Seharusnya infrastruktur jalan dibenahi terlebih dahulu sehingga dapat maksimal dalam pelaksanaannya, setelah itu barulah mengadakan alat transportasi, bukan sebaliknya.

Dengan demikian, program Trans Anggrek Circle Line sesungguhnya terlalu dipaksakan, cenderung tanpa perencanaan matang atau asal-asalan. Oleh karenanya, keberadaan atas kebijakan tersebut tidak perlu dievaluasi, alangkah lebih baik jika membenahi perencanaan dan pelaksanaan secara matang terlebih dahulu, daripada membuang-buang APBD Tangsel untuk mengadakan Bus yang tidak ada manfaatnya untuk masyarakat, kecuali bagi pihak ketiga dan panitia lelang.

Jika Rp 6,25 Miliyar biaya operasional Trans Anggrek dialihkan untuk Bantuan Opersional Sekolah Daerah (BOSDA) Sekolah Dasar dengan besaran Rp. 480.000; per siswa setiap tahun (merujuk pada besaran Bosda 2016 Pemerintah Tangerang Selatan) maka dapat membiayai sekitar 13.000 Siswa.

Kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Tangerang Selatan terhadap kebijakan program Trans Anggrek Circle Line terkesan hanya sebatas politik pencitraan atau hanya menguntungkan golongan/kelompok tertentu, yang tidak ada manfaatnya untuk masyarakat banyak.

Disarankan
Click To Comments