Warga Uzbekistan berkabung, Islam Karimov Presiden yang selama ini memimpin di Negara pecahan Rusia itu telah pergi meninggalkan rakyatnya. Banyak yang tak percaya bahwa pemimpin mereka telah pergi untuk selama-lamanya.
Ribuan warga berbaris di jalanan, mereka tidak percaya jika saat ini telah ditinggalkan tokoh paling berpengaruh di Uzbekistan.
Rakyat yang seolah tidak percaya dan akhirnya menjadi satu berbaur berkabung secara bersama di jalan utama di Tashkent pada Sabtu (3/9) subuh waktu setempat menyaksikan kendaraan yang mengangkut peti jenazah Karimov.
“Apa yang akan kami lakukan tanpa Anda?” teriak seorang warga yang menangis seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (3/9/2016). Pemimpin veteran itu telah memimpin Uzbekistan sejak tahun 1989. Nyaris separuh dari 32 juta warga negaranya lahir setelah dia berkuasa.
Banyak warga membawa bunga-bunga, kebanyakan mawar merah, yang mereka letakkan di jalanan seiring melintasnya rombongan yang akan membawa jenazah Karimov ke bandara untuk diterbangkan ke kampung halamannya.
Warga Tashkent lainnya mengaku sangat kehilangan atas kepergian Karimov. “Ini minggu paling sulit dan panjang dalam hidup saya… Masih tak percaya ini terjadi. Tidak tahu apa yang terjadi sekarang, saya bingung,” ujar pria berusia 39 tahun yang menolak disebutkan namanya.
Kesedihan mendalam juga dirasakan warga lainnya, Usmon, seorang guru berumur 55 tahun. “Saya sangat berduka,” ujarnya.
Karimov meninggal dunia pada usia 78 tahun setelah hampir sepekan menderita stroke otak. Sebelumnya, surat kabar resmi Narodnoye Slovo memuat statamen pemerintah Uzbekistan yang menyatakan, Karimov dibawa ke rumah sakit karena stroke pada Sabtu, 27 Agustus lalu.
Namun kondisinya menurun drastis dalam 24 jam terakhir dan kritis, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir (agus/dbs)