Terkuak! Aras Warga Kota Tangerang Tinggal di Gubug Karena Titah Mimpi Leluhur
KOTA TANGERANG,PenaMerdeka – Ketika menelusuri kediaman Muhammad Arasy Arfin (45) warga Kota Tangerang yang tinggal di Jalan Gempol, Kunciran Induk Kecamatan Pinang berbeda dari kebiasaan sebuah tempat tinggal saat ini. Dalam gubuk berukuran 3×3 m2 bersama istrinya Yulianti (50) serta ke enam anaknya tidak ada satupun perangkat elektronik yang dimiliki keluarga tersebut.
Faktanya begitu, ketika kru penamerdeka.com menyambangi kediamannya, tidak terdapat aliran listrik. Memang sedikit aneh, pasalnya di era sekarang saat di malam hari masih masih ada warga yang mengandalkan lampu patromak saja sebagai penerang lantaran tidak tersambung jaringan listrik.
Apalagi bahkan bisa menikmati telepon seluler, tv atau radio pun menjadi barang langka bagi mereka. Sebagai warga Kota Tangerang kondisi ini dialaminya sejak tahun 1975.
Namun penuturan dari pria yang dilingkungan warga sekitar akrab disapa Aras mengaku ‘berprilaku’ seperti itu lantaran awalnya mendapatkan bisikan gaib dari leluhurnya sehingga sampai detik ini masih mempertahankan lahan dan gubuknya.
Di gubug yang ditinggalinya menurut Aras karena terdapat titik paku alam atau pusar bumi. Dan ditegaskannya, dari mimpi bisikan gaib tersebut turun langsung dari leluhur yang isinya untuk menjaga alam supaya bumi kelak tidak hancur.
“Kenapa saya tetap tinggal disini, karena saya ditugaskan oleh leluhur untuk menjaga alam. Tepat di bawah rumah saya ini ada pusar bumi, jika dicabut maka isi bumi akan hancur,” terang Aras, yang sekarang namanya sudah tercatat di kependudukan warga Kota Tangerang, karena sebelumnya telah diberikan KTP dan KK dari camat Pinang, Sabtu (5/5/2018).
Dia melanjutkan, apapun yang dilakukan harus menunggu bisikan gaib dari leluhurnya, agar tidak terkena bala yang merugikan banyak orang.
“Mau dipindah kemana juga saya tidak mau, saya tinggal di sini berdasarkan amanat dan perintah leluhur saya,” jelasnya.
Selain itu, kendati disebutkan keluarga tak mampu ia juga mengklaim kalau ibunya keturunan Raden Busola Wisasta yang merupakan anak dari Tabib keturunan Kerajaan Majapahit kala itu, yakni Raden Wijaya Perata.
“Aslinya buyut kita dari Demak, Sunan Kudus, berat juga karena memang dari sejarah itu kita masih keturunan Sunan Gunung Jati. Makanya enggak ada yang tahu sejarah dari Gunung Jati. Warga Kota Tangerang atau orang Cirebon sendiri juga gak ada yang tahu soal sejarah sebenarnya,” ucap Arsya menuturkan.
Filosofi hidup Aras yang cenderung menunggu bisikan gaib dari leluhur dalam setiap tindak tanduknya juga menjadi salah satu alasan utama dia tidak menyekolahkan anaknya.
“Saya belum ada titah dari orang tua,” jawab Aras saat ditanya alasan tidak menyekolahkan anaknya meski sebelumnya mengaku lantaran tidak mengantongi KTP, KK dan Akta Kelahiran anaknya.
Sementara Andri (53) warga Kota Tangerang yang berdomisili dekat dengan tempat tinggal sekitar Aras mengatakan, ia tidak mengetahui soal tetangganya itu memiliki ilmu spiritual dan dapat bisikan gaib dari leluhurnya untuk tinggal disitu tanpa penerangan.
“Kita sebagai tetangganya tidak tahu secara mendalam, tapi kalau soal tamu yang berkunjung kerumahnya memang banyak, ada yang pakai motor dan ada juga yang pakai mobil,” terang Andri kepada penamerdeka.com beberapa waktu lalu.
Dia melanjutkan, Aras beserta keluarganya berada disitu memang sudah cukup lama, bahkan jauh sebelum adanya proyek Tol Kunciran-Bandara.
“Cukup lama, bahkan anaknya yang meninggal dulu, mau dikubur disitu cuma kita larang, karena nguburnya seperti kucing, maka kita tolong agar dikubur dengan layak, mengunakan kain kafan di pemakaman umum, tapi kalau soal bisikan gaib saya gak pernah denger,” jelas Andri.
Ditempat terpisah, Nasar ketua RW 02, Kelurahan Kunciran Induk mengatakan, lahan yang ditempat tinggal Aras beserta keluarganya yang dia ketahui milik Pengembang Alam Sutera.
“Dulu memang punya orang tuanya, namun sudah dijual ke Alam Sutera sama bapaknya yang juga warga Kota Tangerang selagi masih hidup,” terang Nasar.
Dia melanjutkan, kalau saja tanah itu masih milik pribadi, pihaknya sudah melakukan pengajuan biar masuk ke program bedah rumah Pemkot Tangerang.
“Kalau itu masih milik Pak Aras, saya sebagai Ketua RW sudah pasti mengajukan ke BKM untuk melakukan bedah rumah dia, di situ kan ada anggarannya, Tapi sebelum ada program bedah rumah bagi warga Kota Tangerang kita pernah bikin bedah rumah secara swadaya,” tandas Nasar. (aputra/hisyam)